Komunikasi Lintas Budaya memiliki hambatan-hambatan diantaranya adalah:
1.
ETNOSENTRISME
Etnosentrisme
didefinisikan sebagai kepercayaan pada superioritas inheren kelompok atau
budayanya sendiri; etnosentrisme mungkin disertai rasa jijik pada orang-orang
lain yang tidak sekelompok; etnosentrisme cenderung memandang rendah
orang-orang lain yang tidak sekelompok dan dianggap asing; etnosentrisme
memandang dan mengukur budaya-budaya asing dengan budayanya sendiri.
(Mulyana:2000;70)
Contohnya seperti, orang Indonesia
cenderung menilai budaya barat sebagai budaya yang ’vulgar’ dan tidak tahu
sopan santun. Budaya asli-budaya timur dinilai sebagai budaya yang paling
unggul dan paling baik sehingga masyrakat kita cenderung membatasi pergaulan
dengan orang barat. Orang takut jika terlalu banyak komunikasinya maka budaya
asli akan tercemar—budaya barat sebagai polusi pencemar.
2. STEREOTIPE
Kesulitan komunikasi akan
muncul dari penstereotipan (stereotyping), yakni menggeneralisasikan
orang-orang berdasarkan sedikit informasi dan membentuk asumsi orang-orang
berdasarkan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok. Dengan kata lain,
penstereotipan adalah proses menempatkan orang-orang ke dalam kategori-kategori
yang mapan, atau penilaian mengenai orang-orang atau objek-objek berdasarkan
kategori-kategori yang sesuai, ketimbang berdasarkan karakteristik individual
mereka. Banyak definisi stereotype yang dikemukakan oleh para ahli, kalau boleh
disimpulkan, stereotip adalah kategorisasi atas suatu kelompok secara
serampangan dengan mengabaikan perbedaan-perbedaan individual.
Kelimpik-kelompok ini mencakup : kelompok ras, kelompok etnik, kaum tua, berbagai
pekerjaan profesi, atau orang dengan penampilan fisik tertentu. Stereotip tidak
memandang individu-individu dalam kelompok tersebut sebagai orang atau individu
yang unik.
Contoh stereotip :
Ø Laki-laki berpikir logis
Ø Wanita bersikap mental
Ø Orang berkaca mata minus
jenius
Ø Orang batak kasar
Ø Orang padang pelit
Ø Orang jawa
halus-pembawaan
3.
PRASANGKA
Suatu kekeliruan persepsi
terhadap orang yang berbeda adalah prasangka, suatu konsep yang sangat dekat
dengan stereotip. Prasangka adalah sikap yang tidak adil terhadap seseorang
atau suatu kelompok. Beberapa pakar cenderung menganggap bahwa stereotip itu
identik dengan prasangka, seperti Donald Edgar dan Joe R. Fagi. Dapat dikatakan
bahwa stereotip merupakan komponen kognitif (kepercayaan) dari prasangka,
sedangkan prasangka juga berdimensi perilaku. Jadi, prasangka ini konsekuensi
dari stereotip, dan lebih teramati daripada stereotip. Richard W. Brislin
mendefinisikan prasangka sebagai sikap tidak adil, menyimpang atau tidak
toleran terhadap sekelompok orang. Seperti juga stereotip, meskipun dapat
positif atau negatif, prasangka umumnya bersifat negatif. Prasangka ini
bermacam-macam, yang populer adalah prasangka rasial, prasangka kesukuan,
prasangka gender, dan prasangka agama. Prasangka mungkin dirasakan atau
dinyatakan. Prasangka mungkin diarahkan pada suatu kelompok secara keseluruhan,
atau seseorang karena ia anggota kelompok tersebut. Prasangka membatasi
orang-orang pada peran-peran stereotipik. Misalnya pada prasangka
rasial-rasisme semata-mata didasarkan pada ras dan pada prasangka
gender-seksisme pada gendernya.
4.
RASIALISME
Rasialisme adalah suatu penekanan
pada ras atau menitikberatkan
pertimbangan rasial. Kadang istilah ini merujuk pada suatu kepercayaan adanya
dan pentingnya kategori rasial. Dalam ideologi separatis rasial, istilah ini
digunakan untuk menekankan perbedaan sosial dan budaya antar ras. Walaupun
istilah ini kadang digunakan sebagai kontras dari rasisme, istilah ini dapat juga
digunakan sebagai sinonim rasisme. Jika istilah rasisme
umumnya merujuk pada sifat individu dan diskriminasi institusional, rasialisme
biasanya merujuk pada suatu gerakan sosial atau politik yang mendukung teori
rasisme. Pendukung rasialisme menyatakan bahwa rasisme melambangkan supremasi rasial dan karenanya
memiliki maksud buruk, sedangkan rasialisme menunjukkan suatu ketertarikan kuat
pada isu-isu ras tanpa konotasi-konotasi tersebut. Para rasialis menyatakan
bahwa fokus mereka adalah pada kebanggaan ras, identitas politik , atau segregasi rasial.
Dalam website-online free
dictionary, racialism didefinisikan sebagai perlakuan diskriminatif atau
semena-mena yang diberikan kepada anggota suatu kelompok ras tertentu.
Diskriminasi berupa perlakuan tidak adil seseorang atau suatu kelompok
berdasarkan prasangka.
Rasialisme di sini menjadi
sangat berbahaya karena selain menghambat keefektifan komunikasi antar
budaya—antar ras yang berbeda, rasialisme dapat menjadi pemicu pertikaian antar
ras, di mana konflik yang terjadi akan sulit sekali untuk didamaikan dan
berlangsung lama. Contoh konflik akibat rasialisme yang pernah terjadi dan
terkenal di Indonesia adalah konflik- rasialisme anti-Tionghoa, di mana di
Indonesia pernah terjadi pembantaian besar-besaran terhadap ras Tionghoa yang
terjadi di berbagai wilayah Indonesia. Butuh perjuangan yang panjang agar ras
Tionghoa diterima dan diakui-dihargai keberadaannya.
Kalo bisa dicantumkan juga sumbernya
BalasHapus